"Liqa’ fi Hubbihi" (Pertemuan dalam Cinta-Nya)

 



Seorang murid duduk bersimpuh di hadapan Sang Mursyid, matanya basah, suaranya bergetar pelan:

Murid:
Wahai Mursyidku, adakah jalan untuk melihat Allah? Hatiku dipenuhi rindu, namun mataku tak tahu arah.

Sang Mursyid memandang dengan kasih, suaranya lembut menembus relung hati:

Sang Mursyid:
Anakku, keinginanmu adalah cahaya yang suci. Ketahuilah, Allah tidak terlihat oleh mata, tetapi dapat dijumpai oleh hati yang disucikan.

Murid:
Tetapi hatiku kotor, penuh dosa dan kelalaian... Masihkah ada harapan untukku?

Sang Mursyid tersenyum, matanya penuh pengertian:

Sang Mursyid:
Justru hati yang remuk oleh penyesalan lebih dekat kepada-Nya daripada yang merasa suci. Allah lebih dekat dari urat lehermu. Bukan karena engkau layak, tapi karena Dia Maha Rahman.

"The wound is the place where the Light enters you."
Rumi

Murid:
Kalau begitu, bagaimana caranya aku dapat melihat Allah?

Sang Mursyid:
Dengan mata hati, anakku. Bila engkau jujur dalam rindumu, ikhlas dalam taatmu, dan sabar dalam gelap yang menyelimuti, maka cahaya-Nya akan menerangi mata batinmu. Dan saat itu, engkau tidak akan melihat apa pun selain Dia, dalam setiap sesuatu.

Murid:
Dengan suara yang bergetar... Mursyidku, aku ingin mati dalam keadaan melihat-Nya.

Sang Mursyid menatap lembut, suaranya lirih namun mengguncang jiwa:

Sang Mursyid:
Maka hiduplah dalam keadaan mencintai-Nya. Sebab barang siapa hidup dengan cinta, ia akan mati dalam rindu, dan dibangkitkan dalam temu.

"Die before you die, so that when death comes, you are already free."
Rumi

Posting Komentar untuk ""Liqa’ fi Hubbihi" (Pertemuan dalam Cinta-Nya)"