Ketulusan Seorang Anak dan Tangisan Malaikat
Dikisahkan suatu hari, seorang malaikat turun ke bumi, menyamar sebagai manusia. Dengan langkah penuh kasih, ia menghampiri seorang anak kecil yang tengah bekerja di bawah terik matahari.
Malaikat itu bertanya dengan lembut, "Nak, untuk siapa engkau bekerja sekeras ini? Kepada siapa uang itu akan kau berikan?"
Anak itu menatapnya dengan mata penuh ketulusan dan menjawab, "Uang ini akan kuberikan seluruhnya kepada ibuku."
Malaikat itu kembali bertanya, "Jika kau berikan semua uang ini kepada ibumu, bagaimana dengan dirimu, Nak? Kau tak akan memiliki uang untuk membeli air minum. Bukankah kau akan kehausan?"
Anak itu tersenyum, lalu berkata dengan suara lirih namun penuh keyakinan, "Biarlah aku kehausan, biarlah aku kelaparan, asalkan ibuku tidak kelaparan."
Mendengar jawaban itu, air mata malaikat pun jatuh, menyatu dengan keringat di wajah anak itu. Dengan penuh kasih sayang, ia mengusap kepala sang anak, merasakan keikhlasan yang begitu tulus terpancar dari hatinya.
"Ibu, bagaimana kabarmu di sana? Baikkah? Sehatkah engkau, wahai ibu? Aku, anakmu yang jauh di negeri asing ini, kerap kali termenung di tanah yang gersang ini, merindukan kasih sayangmu. Betapa sering aku mengabaikan cintamu dahulu, namun kini aku sadar bahwa kasih sayang seorang ibu adalah cinta yang tak akan pernah berubah.
Ibu, jika umurku berada dalam genggamanku, niscaya akan kupanjangkan usiamu. Namun, umurmu berada di tangan Tuhan. Apakah cintaku cukup untuk membalas kasihmu, Ibu?
Seorang ibu rela mati demi sepuluh anaknya, namun sepuluh anak belum tentu rela mati demi satu orang ibu.
Ketika aku sakit, engkau yang merawatku. Ketika ayah sakit, engkau juga yang menjaganya. Namun, ketika engkau sakit, engkau merawat dirimu sendiri. Sungguh, kasihmu tak tertandingi.
Ya Allah, jika benar kebanyakan penghuni neraka adalah wanita, maka haramkanlah api neraka menyentuh ibuku.
Di malam Lailatul Qadar nanti, demi langit yang bersujud dan bumi yang bersaksi, aku hanya memiliki satu doa: Ya Allah, jika memang aku adalah salah satu dari ahli neraka, maka jadikanlah tubuh ini sebesar pintu neraka, agar aku dapat menyumbatnya dan mencegah kedua orang tuaku melewatinya.
Buatlah orang tuamu bangga dengan keberhasilanmu, karena saat engkau berhasil, senyuman kebahagiaan akan terukir di wajah mereka. Muliakanlah ayah dan ibumu, niscaya Allah akan memuliakanmu. Sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangimu sejak kecil hingga dewasa. Kasih sayang seorang ibu dan ayah tiada batasnya, mereka rela mengorbankan segalanya demi anak-anak mereka.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Sayyidina Ali R.A: "Janganlah engkau menunggu orang tuamu menua, baru engkau mulai menyayangi mereka. Karena kasih sayang mereka telah mendahului usiamu sejak engkau masih dalam buaian."
Dan Jalaluddin Rumi pernah berkata: "Cinta seorang ibu adalah cahaya yang menerangi jalan anaknya, bahkan di saat kegelapan paling pekat sekalipun."
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْلِىْ ذُنُوْبِىْ وَلِوَالِدَىَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِىْ صَغِيْرًا
Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku dan dosa kedua orang tuaku, serta sayangilah mereka sebagaimana mereka telah menyayangiku di waktu kecil.
🤲🏻🤲🏻🤲🏻
Posting Komentar untuk "Ketulusan Seorang Anak dan Tangisan Malaikat"