Kisah Cinta Suci: Saat Memilih Allah, Segala Cinta dan Rezeki Mengikuti

 



Dalam labirin kehidupan yang fana ini, tak sedikit dari kita yang mencari cinta, cinta dari manusia, harta, takhta, atau kemegahan dunia. Namun, tak semua sadar bahwa cinta sejati bermula dari Sang Pencipta. Dialah sumber segala cinta. Kisah yang akan Anda baca ini bukan sekadar kisah cinta antara dua insan, tapi adalah kisah cinta yang dimulai dari pengabdian kepada-Nya, yang kemudian mengantarkan pada kebahagiaan dunia dan akhirat.

Pada zaman Bani Isra'il dahulu, hiduplah sepasang suami istri yang sama-sama shalih. Mereka saling mencintai satu sama lain. Kehidupan mereka berdua, diisi dengan bekerja dan ibadah. Apabila mereka mendapatkan rizki, maka separuhnya mereka berikan kepada orang fakir dan miskin sementara separuhnya mereka gunakan untuk kebutuhan keluarga mereka. Sungguh keluarga yang mawaddah, sakinah wa rahmah.

 

Suatu hari, Allah memberi wahyu kepada Nabi zaman itu, "Katakan kepada hamba-Ku yang shalih. Aku akan menjadikan separuh umurmu dalam keadaan kaya dan separuh yang lain dalam keadaan fakir. Apabila dia memilih kaya di saat muda, maka akan Aku beri dia kekayaan dalam usia itu dan saat dia tua, Aku akan membuat dia fakir. Apabila dia memilih kaya dalam usia tua, maka Aku akan memberi kekayaan padanya saat usia tua, sementara saat usia muda, Aku akan membuatnya fakir."

 

Sang Nabi segera pergi ke rumah lelaki shalih itu dan menceritakan wahyu yang Allah turunkan berkenan dirinya. Lelaki shalih segera mendatangi istrinya. Kemudian dia menceritakan seluruh ucapan sang Nabi. Lelaki shalih berkata: "Bagaimana pendapatmu mengenai masalah ini wahai istriku?"

Sang istri tersenyum dan berkata: "Semua pilihan ada pada anda."

Lelaki shalih mengemukakan pendapatnya: "Aku berpendapat kalau aku memilih fakir saat usia muda karena aku bisa sabar dalam keadaan fakir dan lebih fokus beribadah kepada Tuhanku. Dan saat aku tua dan disampingku ada perkara yang bisa kita ambil sebagai kekuatan, maka aku akan mampu taat dan beribadah kepada Tuhanku."

Sang istri menjawab: "Wahai suamiku, apabila anda fakir saat usia muda, maka anda tidak akan mampu taat kepada Allah karena kita senantiasa tersibukkan dengan dunia dan kita tidak akan bisa melakukan berbagai ketaatan dan memberi sedekah. Dan apabila kita memilih kaya saat usia muda, maka kita akan mampu melakukan hal itu karena jasad dan badan kita masih kuat."

Lelaki shalih tersenyum dan berkata: "Sungguh ini suatu pendapat yang tepat. Aku memilih pendapat yang kau kemukakan barusan wahai istriku."

Mendengar hal itu istrinya tersenyum. Sungguh ini adalah suatu hal yang paling membahagiakan selama hidupnya. Tak henti-hentinya dia mengucapkan syukur akan karunia ini. Allah memberi wahyu kepada sang Nabi: "Katakan kepada hamba-Ku yang shalih dan istrinya, 'Saat kalian lebih memilih taat kepada Kami dan meletakkan kekuatan kalian untuk beribadah kepada-Ku dan sepakatnya niat kalian untuk melakukan kebajikan, maka Aku menjadikan seluruh umur kalian dalam keadaan kaya. Oleh sebab itu, selalu taatlah kau dan istrimu kepada-Ku dan bersedekahlah sesuka kalian agar itu menjadi bagian kalian di dunia dan akhirat.' Dan sesungguhnya Allah adalah Dzat yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji."

Sang Nabi segera pergi menemui lelaki shalih dan menceritakan wahyu Allah barusan kepadanya. Mendengar hal itu, kedua suami istri sangat bahagia tak henti-hentinya mulut mereka mengucapkan hamdalah. Hati mereka bergetar merasakan nikmat dan anugerah yang dilimpahkan oleh Allah. Air mata keluar mengiringi kebahagiaan itu. Dialah Sang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

"Tatkala dua hati bersatu dalam cinta karena Allah, maka langit pun bersaksi dan bumi menjadi saksi akan cahaya yang terpancar di antara keduanya."

*Syair-syair Hikmah:*

"Aku tidak mencari cinta yang berakhir di ranjang,

Tapi cinta yang membangunkanku di sepertiga malam.

Jalaluddin Rumi"

"Wahai kekasih,

Cinta yang tidak membawa kita ke sajadah,

adalah nafsu yang menyamar.

Terinspirasi dari Qais Majnun"

"Jika engkau mencintaiku, biarlah itu karena Dia,

Karena aku pun mencintaimu karena-Nya,

Dan di situlah kita abadi.

Syair Arab klasik"

 

قَدْ كَفَانِي عِلْمُ رَبِّي *** مِن سُؤَالِي وَاخْتِيَارِي

فَدُعَائِي وَابْتِهَالِي *** شَاهِدٌ لِي بِافْتِقَارِي

Rabiah al-Adawiyah

 

Refleksi dan Penutup

 

Kisah ini bukan hanya dongeng masa lalu. Ia adalah cermin bagi kita hari ini. Betapa indah hidup ketika cinta pada Allah menjadi pusat segala keputusan. Sepasang suami istri itu menunjukkan bahwa cinta yang hakiki dimulai dari cinta kepada Sang Pemilik cinta. Ketika kita mencintai-Nya terlebih dahulu, maka dunia akan mengejar kita, bukan kita yang mengejar dunia.

Apakah kita pernah mencintai seseorang karena Allah? Apakah kita pernah menunda kemewahan karena ingin lebih khusyuk dalam ibadah? Cinta kepada Allah bukanlah meniadakan cinta kepada pasangan, tapi justru menyempurnakannya. Karena cinta yang dibangun atas dasar penghambaan akan selalu berbuah berkah.

Semoga kita termasuk dalam golongan yang memilih-Nya lebih dulu, sebelum mencintai siapa pun. Karena ketika cinta kita kepada-Nya kuat, semua cinta lainnya akan jatuh pada tempat yang seharusnya.

Rasulullah ﷺ bersabda:

"Sesungguhnya burung-burung di udara, ikan-ikan di air dan malaikat di langit memintakan ampunan untuk wanita yang patuh pada suaminya, selama wanita tersebut berada dalam ridha suaminya."

 

~Tamat~


Posting Komentar untuk "Kisah Cinta Suci: Saat Memilih Allah, Segala Cinta dan Rezeki Mengikuti"