Ketika Nabi Ibrahim Melihat Allah dalam Segala Sesuatu: Tafsir Spiritual QS Al-An’am 79-82
Ketika Ibrahim A.S. Diperlihatkan Alam Malakut: Allah di Segala Sesuatu
"Aku tidak melihat sesuatu pun, kecuali aku melihat Allah di dalamnya."
— Dikutip dari atsar para salaf.
1. Pandangan Tauhid Nabi Ibrahim A.S.
بسم الله الرحمن الرحيم
"إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ"
Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku kepada (Allah) yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh keikhlasan, dan aku bukanlah dari kaum musyrikin.
(QS. Al-An’am: 79)
Ibrahim a.s. berpaling dari penyembahan bintang, bulan, dan matahari. Ia memahami bahwa yang aful (tenggelam) menunjukkan bahwa sesuatu itu fana dan berubah. Sedangkan Allah, Pencipta langit dan bumi, tidak berubah dan tidak tenggelam. Itulah esensi tauhid.
"إنَّ شَمسَ القُلوبِ لَيسَ لَهَا مَغِيبٌ"
Matahari hati tidak pernah tenggelam.
2. Penyucian dari Syirik dan Perenungan Hakiki
قال الجوزي:
"Lalu ketika bintang ilmu terbit, disusul bulan tauhid dan matahari ma’rifah bersinar, Ibrahim berkata: (إني بريء مما تشركون)"
Di sinilah ajaran sufi dan para arifin billah menegaskan:
"Jangan melihat dengan mata lahir, tapi lihatlah dengan mata batin (basirah). Segala sesuatu adalah wujud dari keesaan-Nya (عين الأحدية)."
3. Ayat tentang Keamanan dan Petunjuk
قال تعالى:
"الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ"
(QS. Al-An’am: 82)
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan keimanan mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
Rasulullah ﷺ bersabda kepada para sahabat yang gelisah ketika ayat ini turun:
"Bukan seperti yang kalian sangka. Ketidakadilan di sini adalah syirik, seperti yang dikatakan Luqman kepada anaknya: (يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ)."
(QS. Luqman: 13)
4. Keyakinan Sejati: Tidak Takut Kepada Apa yang Mereka Sekutukan
"وَلَا أَخَافُ مَا تُشْرِكُونَ بِهِ إِلَّا أَن يَشَاءَ رَبِّي شَيْئًا ۚ وَسِعَ رَبِّي كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا"
(QS. Al-An’am: 80)
Aku tidak takut dengan apa yang kalian sekutukan kecuali jika Tuhanku menghendaki sesuatu. Sungguh, Tuhanku Maha Mengetahui segala sesuatu.
Inilah keteguhan hati para wali dan para nabi. Mereka tidak pernah merasa aman dari ujian, namun tetap berserah kepada Ilmu dan Kehendak-Nya.
5. Penutup dan Refleksi Spiritualitas
الإشارة:
Arif billah tidak pernah bergantung pada selain Allah. Keamanan sejati hanya diberikan kepada mereka yang mencapai maqam tauhid dan fana fillah.
Sebagian ulama mengatakan:
Keamanan itu hanya mutlak bagi para Nabi yang ma’shum.
Sebagian lain mengatakan:
Juga diberikan kepada wali yang mencapai derajat fana dan baqa, sebagaimana firman-Nya: (أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ).
Referensi:
Kitab Al-Qur’an dan Ulul Azmi minar Rusul, disusun oleh Al-Mukarram Dr. Muhammad Saif Najm ad-Din al-Kurdi – Semoga Allah memberkahi beliau dengan umur panjang dan kebaikan yang berkelanjutan.
Ini adalah teks aslinya yang diunggah di grup Tarekat Naqsyabandiyah FB pada 27 MEI 2025
Posting Komentar untuk "Ketika Nabi Ibrahim Melihat Allah dalam Segala Sesuatu: Tafsir Spiritual QS Al-An’am 79-82"