Keindahan Ziarah ke Makam Al-Habib Ahmad bin Muhsin Al-Haddar

 

Ziarah ke Makam Sohibul Mukalla (Al-Habib Ahmad bin Muhsin Al-Haddar)

    Hari Jumat adalah hari yang selalu dinanti-nanti oleh para santri. Hari tersebut merupakan satu-satunya hari libur dalam sepekan setelah mereka sibuk beraktivitas dan belajar. Kebahagiaan dan keceriaan tampak jelas di wajah para santri ketika Jumat tiba. Pada hari itu, para santri dapat berkomunikasi dengan keluarga di Indonesia, termasuk saya. Dimulai setelah ratiban subuh hingga pukul 09.00, saat itu para santri berhenti sejenak menggunakan ponsel untuk bersiap melaksanakan salat Jumat.

    Pukul 10.00, para santri sudah berkumpul di masjid, berbaris rapi dalam posisi duduk bersila dari saf pertama hingga saf ketiga. Mereka melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an dengan suara yang menggema, seakan-akan menggetarkan kubah masjid. Suasana itu membuat saya merinding. Melihat para santri yang mengenakan gamis putih, bersongkok putih, dan membaca Al-Qur'an dengan khusyuk, saya merasa seperti menyaksikan barisan malaikat yang menyerupai manusia.

    Ketika khotbah Jumat dimulai, para santri menghentikan bacaan mereka dan menyimak dengan penuh perhatian apa yang disampaikan oleh khatib. Meski sesekali terlihat satu atau dua orang yang tertidur, secara keseluruhan suasana khidmat tetap terjaga hingga salat Jumat selesai. Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan pengajian ilmiah bersama para masyaikh hingga pukul 13.30.

    Menjelang sore, saya bersama teman-teman seangkatan melakukan perjalanan ziarah ke makam Sohibul Mukalla, Al-Habib Ahmad bin Muhsin Al-Haddar, yang terletak di kota Sarrat Al-Mukalla. Untuk perjalanan tersebut, kami menyewa dua bus untuk 60 orang, dengan biaya iuran 1.000 riyal Yaman per orang. Perjalanan kami didampingi oleh Habib Abdullah Matin As-Syatiri, seorang senior yang menjadi panutan kami. Kata-kata dan motivasi beliau sangat berkesan bagi kami.

    Di dalam bus, saya beruntung mendapat tempat duduk di dekat jendela. Sepanjang perjalanan, saya terpesona oleh pemandangan pegunungan berbatu khas Timur Tengah, khususnya Yaman. Namun, keindahannya tak sebanding dengan pegunungan di Indonesia yang dipenuhi pepohonan, persawahan, dan hutan lebat dengan hawa yang sejuk. Di sini, saya hanya merasakan panas dan gersang. Tak terasa, perjalanan kami pun sampai di tujuan.

    Ketika tiba di makam Al-Habib Ahmad bin Muhsin Al-Haddar, saya tertunduk dalam khidmat. Makam itu berada di dalam kubah yang selalu terkunci dan hanya dibuka saat ada peziarah. Kami membaca surah Al-Fatihah dan Yasin bersama-sama, dipimpin oleh Habib Abdullah Matin As-Syatiri, dan ditutup dengan doa bersama.

    Ziarah ini menjadi pengalaman yang berkesan bagi saya, mengajarkan banyak hal tentang kekhusyukan, kebersamaan, dan cinta kepada para ulama. Perjalanan ini bukan sekadar ritual, melainkan sebuah momen untuk merefleksikan diri, mendekatkan diri kepada Allah, serta meneladani keteladanan para tokoh yang telah mendedikasikan hidupnya untuk agama.

2 komentar untuk "Keindahan Ziarah ke Makam Al-Habib Ahmad bin Muhsin Al-Haddar"

  1. Balasan
    1. Alhamdulillah ini catatan pribadi saya saat in, di waktu liburan di asrama kami

      Hapus