Ziarah yang Dipandu Langit: Kisah Mbah Moen dan Masjid al-Kurdi
![]() |
Syeikhna Dhiya’ |
Syeikhna Dhiya’ memiliki karamah agung. Karamah terbesar beliau adalah keistiqamahan yang luar biasa. Salah satu bentuk keistiqamahan beliau adalah selalu membahagiakan tamu yang datang. Hal ini dirasakan langsung oleh almarhum Mbah Moen, yang merupakan salah satu murid beliau, karena Mbah Moen pernah mengambil baiat kepada Syeikhna Dhiya’, bahkan mendapatkan ijazah untuk menjadi salah satu khalifah beliau.
Kisah ini diceritakan oleh Prof. Dr. Syeikhna Fathi Hijazi, yang berasal dari lingkungan almarhum Mbah Moen di Sarang. Setelah Syeikhna Dhiya’ wafat, Mbah Moen berkesempatan datang ke Mesir dengan niat untuk berziarah ke makam beliau, yang berada di Masjid al-Kurdi.
Pada masa itu, belum ada Google Maps yang bisa memudahkan pencarian lokasi. Bahkan banyak orang awam di Mesir yang tidak mengetahui di mana letak Masjid al-Kurdi. Namun, Mbah Moen yang datang dari jauh dari Indonesia dan minim informasi tentang lokasi masjid tersebut tetap meneguhkan niatnya untuk berziarah.
Sopir taksi yang masih sibuk mencari tahu penyebab mogoknya mobil dan bahkan telah memeriksa mesin di bawah kap, tidak menemukan kerusakan apa pun. Namun karena diminta oleh Mbah Moen, ia pun mencoba menyalakan mobilnya kembali. Ajaibnya, taksi tersebut langsung bisa menyala seperti tidak pernah mengalami mogok sebelumnya.
Akhirnya, Mbah Moen memberikan ongkos kepada sopir taksi, kemudian masuk kembali ke Masjid al-Kurdi untuk berziarah ke makam Syeikhna Dhiya’, Syeikhna Abdul Rahman, Syeikhna Najmuddin, dan Syeikhna al-Imam Muhammad Amin al-Kurdi.
Posting Komentar untuk "Ziarah yang Dipandu Langit: Kisah Mbah Moen dan Masjid al-Kurdi"