Kisah Cinta yang Membawa ke Surga





    Al-Mubarrid meriwayatkan dari Abu Kamil, dari Ishaq bin Ibrahim, dari Raja' bin Amr An-Nakha’i, sebuah kisah yang menggugah hati…

    Di Kufah, hiduplah seorang pemuda tampan, rajin beribadah, dan dikenal karena ketakwaannya. Suatu hari, dalam sebuah perjalanan ke kampung Bani An-Nakha', ia melihat seorang wanita yang keelokannya memantulkan cahaya langit. Seketika itu juga hatinya bergetar. Ia jatuh cinta.

    Dan ternyata, cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Gadis itu pun terpesona oleh akhlak dan kesalehan pemuda itu. Mereka saling mencintai namun bukan cinta biasa. Ini cinta yang suci, yang menggigilkan jiwa, sekaligus menguji iman.

    Sang pemuda, karena kesungguhannya, mengutus seseorang untuk meminang si gadis. Tapi ayah sang gadis menolak dengan halus, "Putriku telah dijodohkan dengan sepupunya." Maka patahlah hati sang pemuda. Tapi tidak cintanya. Justru, semakin mendalam dan menyala-nyala.

Gadis itu, yang juga terbakar oleh rindu, akhirnya mengirim pesan,
"Aku tahu besarnya cintamu padaku. Dan aku pun diuji dengan perasaan yang sama. Jika kau bersedia, aku akan datang menemuimu, atau membukakan jalan agar engkau bisa datang ke rumahku.”

Namun pemuda itu menjawab dengan penuh keteguhan:
"Demi Allah, aku tidak setuju dengan dua pilihan itu. Aku takut berbuat maksiat pada Tuhanku, takut pada azab-Nya di Hari yang Besar. Takut pada api yang tak pernah padam, yang nyalanya tak pernah mengecil."

Ketika pesan itu sampai, si gadis termenung lama. Air matanya jatuh perlahan. Ia bergumam,
"Benar, ketakwaan bukan hanya milik laki-laki. Setiap hamba berhak takut kepada Tuhannya."

    Sejak hari itu, ia meninggalkan dunia. Ia tinggalkan hiasan, tawa, dan gemerlapnya. Ia hanyut dalam ibadah dan dzikir. Namun rindu kepada sang pemuda tak pernah padam. Tubuhnya semakin kurus, wajahnya pucat, dan akhirnya ia wafat dalam kerinduan yang menjaga kehormatan.

    Pemuda itu, setiap hari mengunjungi makamnya. Di sana ia menangis, memanjatkan doa dengan hati remuk. Suatu ketika ia tertidur di sisi kuburnya dan bermimpi.

    Dalam mimpinya, ia melihat sang gadis datang menghampiri. Wajahnya bercahaya, lebih indah dari yang pernah ia lihat semasa hidupnya.
Pemuda itu berkata lirih, “Bagaimana keadaanmu? Apa yang kau dapatkan setelah kepergianmu?”
Gadis itu menjawab lembut,
"Sebaik-baik cinta, wahai kekasih, adalah cintamu. Cinta yang mengantarkan kepada kebaikan dan menyelamatkan dari murka-Nya."
"Kini aku berada dalam kenikmatan yang tiada akhir, di surga yang kekal, yang tak akan pernah rusak."

Pemuda itu berkata lirih, “Jangan lupakan aku...”
Dia tersenyum dan menjawab,
"Demi Allah, aku tidak melupakanmu. Bahkan aku telah memohon kepada Tuhan kita agar kita dikumpulkan kembali. Maka bantulah aku, dengan amal dan ibadahmu."
Pemuda itu menatapnya dengan mata berkaca-kaca, “Kapan aku bisa melihatmu lagi?”
Ia menjawab,
"Tak lama lagi...

    Dan benar, tujuh hari setelah mimpi itu, pemuda itu berpulang ke rahmat Allah. Ia menyusul kekasihnya, dalam cinta yang dijaga oleh iman, dan diakhiri dengan janji yang ditunaikan di surga.


✨ Syair Jalaluddin Rumi untuk Menutup Kisah

"What is the body? That shadow of a shadow of your love, that somehow contains the entire universe."
(Apakah tubuh ini? Hanyalah bayangan dari bayangan cintamu, yang entah bagaimana, memuat seluruh semesta.)

“With life as short as a half-taken breath, don't plant anything but love.”
(Dengan hidup yang sependek satu tarikan nafas, jangan tanam apa pun kecuali cinta.)

“I choose to love you in silence… For in silence I find no rejection,
And I choose to love you in loneliness… For in loneliness no one owns you but me.”


Posting Komentar untuk "Kisah Cinta yang Membawa ke Surga"