Mus’ab bin Umair – Pemuda Kaya yang Menjadi Pembawa Cahaya Islam
Di antara pemuda Quraisy, tak ada yang lebih memesona dari Mus’ab bin Umair. Wajahnya tampan, tubuhnya wangi, pakaiannya selalu paling halus dan mahal. Ia adalah anak bangsawan, kebanggaan keluarganya, dan idola masyarakat Mekkah. Jika Mus’ab lewat di jalan, harum parfumnya lebih dulu menyapa sebelum ia terlihat. Dunia seolah telah memberi segalanya pada Mus’ab… sampai cahaya Islam menyentuh hatinya.
Diam-diam, Mus’ab menghadiri majelis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di rumah Al-Arqam. Kata-kata Rasulullah menembus lapisan kemewahan dan kenyamanan dunia yang selama ini melingkupi dirinya. Dan di sanalah, ia memilih: bukan dunia, bukan harta, bukan pujian—melainkan kebenaran.
Mus’ab pun keluar dari rumah dengan tangan kosong. Tak ada lagi baju sutra, tak ada lagi sandal berlapis permata. Yang tersisa hanyalah tekad yang bersinar lebih terang dari kemewahan manapun.
Ketika Islam mulai tumbuh, Rasulullah mengutusnya ke Yatsrib (Madinah) untuk menjadi duta pertama Islam. Di sanalah, dengan kelembutan hati dan akhlak yang meneduhkan, Mus’ab menyentuh hati para tokoh Anshar. Bukan dengan pedang, tapi dengan cinta dan hikmah.
Dialah pembuka jalan bagi hijrah Rasulullah. Dialah cahaya pertama yang menerangi Madinah.
Namun hidupnya tetap sederhana. Pakaian kasar menutupi tubuhnya, perutnya sering lapar, namun hatinya selalu kenyang dengan cinta kepada Allah.
Hingga hari itu tiba Perang Uhud. Mus’ab memegang panji Islam, maju ke garis depan, menangkis serangan musuh. Satu demi satu tangannya ditebas, namun ia tetap memegang bendera dengan sisa tenaganya. Akhirnya, tubuhnya rebah bersimbah darah, namun bendera tak jatuh dari pelukannya.
“Don’t grieve. Anything you lose comes round in another form.”(Jalaluddin Rumi)
“With life as short as a half-taken breath, don't plant anything but love.”(Rumi)
“I died as a mineral and became a plant,I died as a plant and rose to animal,I died as animal and I was man.Why should I fear? When was I less by dying?”(Rumi)
Mus’ab bin Umair… dari segala kemewahan dunia, ia memilih kefakiran demi Allah. Dari segala cinta manusia, ia memilih cinta Rasul. Dari semua kenyamanan, ia memilih jihad dan kesederhanaan. Ia hidup sebagai pembawa cahaya… dan wafat sebagai syuhada, dikenang hingga akhir zaman.
Posting Komentar untuk "Mus’ab bin Umair – Pemuda Kaya yang Menjadi Pembawa Cahaya Islam"