Kisah Cinta Seorang Perempuan Miskin kepada Rasulullah



    Di sudut kota Madinah yang sunyi, hiduplah seorang perempuan miskin bernama Barirah. Ia tak punya apa-apa, kecuali secuil tempat berteduh dan hati yang penuh cinta kepada Rasulullah ﷺ. Bukan cinta biasa ini adalah cinta yang menyala tanpa syarat. Cinta yang menetes dalam setiap sujud dan merintih dalam tiap doanya.

Yang ia impikan sederhana:
Menjamukan Rasulullah di rumahnya.
Sekali saja, ia ingin melihat sang Nabi duduk di tikar lusuhnya. Ia ingin menyuguhkan apa yang ia anggap paling berharga, meski dunia mungkin menilainya tak berarti.

Namun apa yang bisa ia sajikan?
Ia tak punya roti hangat, apalagi daging. Yang ia punya hanyalah cinta... dan harapan yang ia panjatkan malam demi malam dalam sujud panjangnya.

Lalu suatu hari, Allah menggerakkan takdir dengan cara yang tak diduga.
Barirah menerima sedekah—makanan lezat, hangat, dan harum. Hidangan yang belum pernah ia sentuh seumur hidupnya. Tangannya hampir menyuap... namun hatinya berbisik:

"Inilah saatnya. Aku ingin mencintai Nabi bukan hanya dalam doa, tapi dalam jamuan nyata."

    Dengan langkah gemetar namun hati berbunga, Barirah mengirim undangan kepada Rasulullah ﷺ. Tak pernah ia menyangka, beliau menerima undangan itu. Rasulullah datang... duduk di gubuk kecilnya... tersenyum lembut... dan menyinari rumahnya lebih terang dari cahaya matahari Madinah.

Namun, ketika hidangan disajikan dan akan disantap, salah seorang sahabat berkata:

"Wahai Rasulullah, bukankah ini makanan dari sedekah? Sedangkan engkau tidak diperbolehkan memakannya?"

Detik itu juga, dunia Barirah runtuh.
Jantungnya serasa diremas. Mukanya pucat, matanya berkaca-kaca.

"Ya Allah... aku hanya ingin mencintai Rasul-Mu...
Tapi aku khilaf... Aku lupa..."

    Ia tunduk. Tak berani menatap wajah Rasulullah. Tapi sebelum air matanya tumpah, beliau ﷺ memandangnya dengan penuh kasih. Lalu bersabda:

"Makanan ini memang sedekah untuk Barirah. Maka kini ia adalah miliknya. Dan karena Barirah telah menghadiahkannya kepadaku, aku pun boleh memakannya."

Air matanya tumpah...
Bukan karena sedih, tapi karena cinta yang akhirnya menemukan jawabannya.
Rasulullah ﷺ tak hanya menjaga syariat, tapi juga menjaga hatinya hati seorang perempuan miskin yang mencintainya dengan seluruh jiwa.


Dan seakan menyempurnakan kisah ini, syair Jalaluddin Rumi pun seolah berbicara kepada Barirah:

“I choose to love you in silence,
for in silence I find no rejection.
I choose to love you in loneliness,
for in loneliness no one owns you but me.”

"Aku memilih mencintaimu dalam diam,
sebab dalam diam tak ada penolakan.
Aku memilih mencintaimu dalam kesunyian,
sebab dalam sunyi hanya aku yang memiliki bayangmu."

 

Posting Komentar untuk "Kisah Cinta Seorang Perempuan Miskin kepada Rasulullah"