Menjaga Hati, Menjaga Hafalan: Sebelum Cinta Memutuskan Cahaya
![]() |
Syeikh Dr. Yahya Al-Ghawtsaniy |
Ketika pikiranmu disibukkan oleh bayang-bayang seorang wanita yang kau cintai ukhti Fulanah ketahuilah, wahai saudaraku, distraksi semacam ini, selamanya, tidak akan menjadikanmu seorang hafizh Al-Qur’an yang sejati.
Ada sebuah kisah. Suatu ketika, seorang pemuda datang kepadaku. Wajahnya murung, sorot matanya kosong, seolah-olah ada badai yang bergulung di dalam dadanya.
Ia berkata dengan suara bergetar,
“Wahai Syaikh, saya seorang mahasiswa berprestasi. Semua mata pelajaran saya, selama ini, selalu bernilai istimewa. Namun kini, di masa ujian, saat saya membuka buku, saya tak lagi melihat huruf-huruf itu dengan jelas. Yang tampak hanyalah kabut putih, huruf-huruf itu buyar, melebur menjadi warna tanpa makna. Aku mencoba berkonsentrasi, namun tulisan-tulisan itu justru tampak seperti gerombolan semut, berlarian tanpa arah.”
Aku menatapnya dalam-dalam, lalu bertanya lembut,
“Bersaksilah dengan jujur di hadapanku, wahai anakku. Apakah hatimu saat ini tengah terpaut pada seorang wanita? Apakah pikiranmu kini dikuasai oleh kerinduan dan kecintaan kepada seseorang?”
Ia tertunduk.
Dengan suara lirih ia menjawab,
“Benar, wahai Syaikh. Aku baru saja terikat hati dengan seorang wanita.”
Maka aku pun berkata kepadanya,
“Ketahuilah, wahai saudaraku, ketika engkau membiarkan hatimu tergantung pada cinta sebelum waktunya — saat dimana fokusmu seharusnya pada menuntut ilmu dan menghafal Al-Qur’an — maka sesungguhnya, engkau telah mencabut kekuatan hafalanmu dari akarnya sendiri.
Rindu yang membakar, angan-angan yang melayang-layang, cinta yang belum pada waktunya — semua itu akan mengikat akalmu, melumpuhkan hafalanmu, mengaburkan kejernihan pikiranmu. Hafalanmu akan layu, bacaanmu akan memudar, dan ilmu yang kau kejar akan menjauh bagai bayangan yang tak pernah teraih.”
Ketahuilah, kecerdasanmu bukanlah hilang.
Namun ia tersandera oleh kerinduan yang salah waktu.
Ketika itu terjadi, kecemerlangan akalmu meredup, dan kemajuanmu dalam ilmu akan tertahan, bahkan mungkin padam.
Ingatlah nasihat ini, wahai saudaraku:
"Letakkan cinta pada tempatnya, waktunya, dan caranya.
Karena cinta sejati adalah kekuatan, bukan penghalang."
Sebagaimana Jalaluddin Rumi berkata:
"Biarkan hatimu hancur berkeping-keping karena cinta,
karena itulah kunci untuk membuka pintu-pintu rahasia.
Namun jangan biarkan cinta yang salah waktu mencuri seluruh langit jiwamu.
Cinta yang suci menumbuhkan taman dalam jiwa,
sedangkan cinta yang sia-sia menumbuhkan gurun pasir dalam pikiran."
Dan dalam syair lainnya Rumi menasihati:
"Ada waktu untuk jatuh cinta,
dan ada waktu untuk membangun kekuatan dalam kesendirian.
Tunggulah hingga taman hatimu penuh bunga,
baru kemudian undang burung untuk bersarang di sana."
Posting Komentar untuk "Menjaga Hati, Menjaga Hafalan: Sebelum Cinta Memutuskan Cahaya"