Dari Keterbatasan Menuju Kemuliaan: Inspirasi Abadi dari Syekh Yaqut al-Arsyi
Syekh Yaqut al-‘Arsyi, seorang wali besar yang namanya harum di kalangan para ulama dan pecinta ilmu dikenal dengan gelar "Yaqut al-‘Arsy" karena hatinya senantiasa menggantungkan diri hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta‘ala. Tidak pernah sesaat pun hatinya berpaling dari mengingat-Nya. Kisah perjalanan hidup beliau diabadikan oleh Sayyidil Habib Zain bin Ibrahim bin Smith dalam kitab Al-Manhaj as-Sawi.
Dulu, Syekh Yaqut hanyalah seorang budak biasa manusia yang di mata dunia mungkin tak berharga. Namun berkat kesungguhan, keikhlasan, dan keteguhannya dalam menapaki jalan Allah, derajatnya diangkat begitu tinggi hingga menjadi salah satu wali agung yang dihormati semesta.
Suatu ketika, dalam sebuah majelis mulia, Syekh Yaqut hadir. Seketika itu pula, orang-orang bangkit berdiri, berlomba-lomba mencium tangan beliau, sebagai bentuk penghormatan terhadap kemuliaan ruhani yang Allah karuniakan padanya.
Pada majelis itu, hadir pula seorang Habib, keturunan langsung dari Rasulullah ﷺ. Namun hanya sekitar dua puluh orang saja yang berdiri untuk menghormatinya.
Dengan pandangan kasyaf yang Allah bukakan untuknya, Syekh Yaqut membaca isi hati sang habib. Maka beliau, dengan penuh kelembutan yang membalut ketegasan, berkata:
"Wahai Habib, tahukah engkau mengapa aku dihormati lebih darimu?"
Beliau melanjutkan dengan suara lirih namun menggugah:
"Mereka menghormatiku karena aku berjalan di jalan yang diajarkan oleh kakekmu: menuntut ilmu, mengamalkannya, dan mengharap kemuliaan hanya dari Allah. Mereka menyangka aku berasal dari keturunan mulia sepertimu."
"Sedangkan engkau, wahai Habib, engkau berjalan di jalan yang tidak jelas. Maka merekapun menyangkamu berasal dari golongan seperti kakekku golongan yang tak dikenal arah dan tujuan."
Dan dengan kerendahan hati yang luar biasa, Syekh Yaqut mengakhiri:
"Seandainya engkau berjalan di jalan kebenaran, menapaki jejak suci Kakekmu yang mulia, maka akulah orang pertama yang akan berdiri menghormatimu, bahkan sebelum orang lain melakukannya."
🌿 Kisah ini mengajarkan kepada kita bahwa kemuliaan bukanlah soal darah dan keturunan namun terletak pada keikhlasan ilmu, keteguhan amal, dan keluhuran akhlak. Seorang bekas budak yang berpegang teguh pada jalan Allah bisa lebih mulia daripada seorang bangsawan yang tersesat dari jejak mulia para Nabi.
Sebagaimana Jalaluddin Rumi pernah berbisik dalam puisinya:
"Jangan melihat dari mana seseorang berasal,
Tapi lihatlah ke mana arah ia berjalan.
Permata tetap permata, walau tersembunyi dalam lumpur;
Dan debu tetap debu, meski beterbangan di istana."
Dan Rumi juga menulis:
"Kemuliaan bukan pada nama, bukan pada silsilah,
Tapi pada nyala cinta yang membakar jiwa.
Saat kau tenggelam dalam samudra Tuhan,
Segala derajat fana akan lenyap hanya yang kekal bersama-Nya yang akan abadi."
Posting Komentar untuk "Dari Keterbatasan Menuju Kemuliaan: Inspirasi Abadi dari Syekh Yaqut al-Arsyi"