Fase Cahaya yang Tersesat


 Fase Cahaya yang Tersesat

Ujarmu,
Semenjak kau bertekad untuk berubah,
Kau mulai memalingkan wajah dari dosa-dosa lama,
Jiwamu mulai merasakan nikmatnya cahaya ilahi,
Dan hatimu mencaci setiap gelap yang dulu kau peluk erat.

Namun, kau lupa akan satu hal,
Bahwa jalan menuju kebaikan bukan sekadar menjauh dari salah,
Melainkan merangkul mereka yang terjerat gelap,
Bukan membenci, apalagi menghakimi.

"Jangan berpaling dari cinta yang membuatmu hidup,
Sebab ia akan membawamu kembali pada dirimu yang sejati.
Dan jika kau ingin melihat wajah-Nya,
Tataplah dengan kasih wajah para pendosa."

Kini, di matamu, semua adalah pendosa,
Hanya kau yang berdiri di puncak kesucian semu,
Dosa mereka menjadi cermin yang kau patahkan,
Tanpa sadar, kau mengukir prasangka di dalam hatimu.

Sungguh, terang yang kau kira,
Bukanlah fajar setelah malam gulita,
Melainkan kabut tebal yang menyamar sebagai sinar,
Membawamu tersesat lebih dalam, jauh dari hakikat-Nya.

"Sahabatku, jalan kebenaran penuh liku,
Bukan untuk menuding, tapi untuk saling menuntun.
Biarlah cinta menjadi jalanmu,
Karena cinta tak mengenal cela."

Sadarlah, wahai jiwa yang mencari,
Kebaikan sejati tak pernah sombong akan kesucian,
Ia adalah tangan yang terulur,
Menyambut, memeluk, dan mengangkat yang jatuh.

Posting Komentar untuk "Fase Cahaya yang Tersesat"