"Rahasia di Bandara Abu Dhabi: Perjalanan Spiritual dan Keajaiban Pertemuan"
ٱلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ ٱللَّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
Pergilah dan cobalah menjauh darinya, Karena kalau engkau tidak melakukannya, Engkau tidak akan pernah tahu artinya rasa rindu itu apa..!
Tapi jikalau engkau melepas kepergiannya, hanya akan ada rasa sakit sebab kerinduan, biarlah itu akan usai dengan sendirinya...?
Sebab dengan rindu itu kau akan merasakan kebahagiaan dari rasa lamanya memendam.
فاء ذاعزمت فتو كل على الله
Hari Jumat, sayyidul ayyam, penuh barokah dan kebahagiaan tersirat, namun, bagiku, ia hanya permulaan, Dari kesedihan yang terpendam, tak terkira lamanya.
Air mata mengalir, merelakan, seperti tetesan hujan yang membasahi bumi, di pipi ini, mereka bertemu,
Di antara rintik, ada getaran, kisah sedih yang terukir dalam keheningan, hari Jumat, sambutlah dengan rela, karena di baliknya, ada kekuatan dan berkah.
Disitulah awal permulaan ceritaku sebelum memulai perjalanan dengan membuka lembaran kisah cerita baru di kota para ulama (Mukalla hadromaut Yaman) bertepatan pd tanggal 8, hari Jum'at jm 13:30 itu adalah waktu pemberangkatan qu dr bandara Soekarno-Hatta menuju ke kota Mukalla, Yaman, bersama dengan rombongan para calon mahasiswa baru di Mukalla Yaman, dgn beranggotakan 39 calon mahasiswa dn 2 pendamping kami selama perjalanan menuju ke Yaman, saat itu kami menaiki pesawat Etihad dr bandara Soekarno-Hatta menuju ke bandara abu Dhabi dengan menempuh waktu perjalanan sekitar 8 jm an utk bs sampai di bandara abu Dhabi.
Pada pukul 10 malam waktu setempat, kami mendarat di Bandara Abu Dhabi. Di sana, barang-barang kami diperiksa kembali untuk keamanan para migran yang baru saja tiba. Setelah beberapa menit, proses pemeriksaan selesai, dan ustadz pendamping kami memberikan arahan. Dia menyarankan kami untuk menukar sebagian uang dolar yang kami miliki menjadi uang dirham Abu Dhabi. Hal ini karena kami akan menunggu cukup lama, perkiraan sekitar 4 atau 5 jam, sebelum naik pesawat menuju Abu Dhabi-Mesir. Saya menggunakan waktu itu untuk tidak memberi kabar terlebih dahulu kepada keluarga sebelum kami sampai ke tujuan nanti.
Setelah itu, kami segera mencari musholla untuk melaksanakan shalat, karena kami adalah musafir yang mendapat keringanan dalam ibadah. Namun, karena bandara yang cukup luas, kami mengalami sedikit kesulitan dalam mencari musholla. Beberapa kali kami mencari, namun akhirnya kami meminta bantuan pada petugas untuk mengantarkan kami ke tempat tersebut.
Saat hendak shalat, kami bergantian untuk menjaga tas-tas kami agar tidak terlantar. Kami bertrio bergantian shalat, karena khawatir tidak ada yang menjaga barang-barang kami. Setelah selesai shalat, kami bertiga berbincang-bincang di depan musholla. Di situlah teman-teman lain kami baru saja menyusul, setelah menemukan musholla walaupun mereka sebelumnya sudah beberapa kali bertanya pada tukang satpam atau petugas bandara. Kami bertiga tertawa karena kebetulan cerita mereka hampir sama dengan kami bertiga saat mencari musholla.
Beberapa saat kemudian, di depan musholla, kami berjumpa dengan seorang pria tua berusia sekitar 45 tahun. Dia bertanya kepada kami dari mana asal kami dengan menggunakan bahasa Inggris. Ketika kami menjawab bahwa kami berasal dari Indonesia, pria tua itu terkejut sambil mengucapkan kata "Indonesia". Dia melanjutkan bertanya kepada kami tujuan perjalanan kami. Salah satu dari kami yang cukup fasih berbahasa Inggris menjawab bahwa kami adalah santri atau murid dari Indonesia yang hendak belajar di Yaman, negeri kota para ulama.
"Yang paling penting adalah mencari Tuhan, dan penemuan paling penting adalah menemukan diri sendiri di dalam-Nya." Jalaluddin Rumi,
Ketika teman saya menyebut kata "Yaman", bapak tua itu terkejut dan segera berbicara dalam bahasa Arab. Di situlah kami saling berbagi cerita dengan dia, berbincang panjang lebar tentang universitas di Timur Tengah. Ternyata, si bapak tua berasal dari Maroko dan merupakan seorang dosen di universitas di sana, meskipun nama universitasnya tidak diketahui. Kami bertiga menghabiskan waktu yang cukup lama berbincang dengan bapak tua tersebut. Kemudian, kami meminta izin untuk mengambil foto bersamanya sebagai kenangan. Setelah selesai mengambil foto, kami segera menuju pusat titik kumpul awal kami di bandara Abu Dhabi. Kami tiba di sana untuk bersiap-siap naik pesawat selanjutnya menuju Abu Dhabi-Mesir.
Saat dalam perjalanan dari Abu Dhabi menuju Mesir yang berlangsung sekitar 4 jam, saya memutuskan untuk istirahat karena tubuh mulai terasa lelah membawa barang bawaan. Sesekali, saya bangun dari istirahat untuk melihat sekeliling di dalam pesawat, namun teman-teman seperjalanan saya juga terlihat sedang beristirahat. Ketika saya melihat keluar jendela, awan masih terlihat gelap, menandakan bahwa masih malam. Dengan demikian, saya memutuskan untuk melanjutkan tidur dan bermimpi selama perjalanan tersebut.
Saat penerbangan sudah mulai akan turun, disitulah ada pemberitahuan dari bagian pramugari untuk memakai sabuk pengaman. Saat itulah saya bangun dari tidur dan mulai mengenakan sabuk pengaman, lalu bersiap-siap dan merapikan barang bawaan saya. Ketika pesawat mulai turun landas dan berhenti di tempatnya, saya dan teman-teman saya yang lain mulai beranjak dari kursi masing-masing dan turun dari pesawat, mengikuti arahan pendamping kami untuk menuju pengecekan barang bawaan. Di situ, pendamping kami juga mengatakan untuk melarang anak-anak untuk berfoto atau membuat video di bandara Mesir ini, karena penjagaannya ketat. Jika ketahuan lagi berfoto atau merekam video, HP mereka akan disita dan akan dikenakan sanksi. Di sinilah anak-anak mulai mematikan HP mereka masing-masing dan memasukkannya ke dalam tas masing-masing, sambil menunggu deadline jam penerbangan.
Kami beristirahat sejenak sambil bercerita sebentar tentang selama pemberangkatan/penerbangan di pesawat. Ada yang pergi ke toilet dan sebagian lainnya membeli makanan cemilan khas Mesir. Kami menunggu cukup lama, sekitar 4 jam, sebelum kami bersiap-siap menaiki pesawat dengan tujuan Mesir-Sewun Yaman. Saat kami menaiki pesawat dengan penerbangan ke Yaman, pesawatnya banyak perbedaan dari pesawat sebelumnya, mulai dari segi fasilitas tempat duduknya, kaca pinggir pesawatnya, bahkan tidak ada AC di pesawat jurusan Mesir ke Yaman ini, sehingga terasa sangat panas di tengah gurun pasir.
Selama penerbangan dari Mesir ke Sewun Yaman saya tidak bisa istirahat sama sekali karena terasa sangat panas, tetapi saya terpesona melihat keindahan pemandangan gurun pasir itu dari ketinggian, serta keindahan kota Mesir. Saya sempat melihat tiga menara Piramida dari atas dan sungai Nil yang panjang dari ketinggian. Saya sampai tidak berhenti-henti memuji keindahan kota peninggalan Raja Fir'aun dan sejarahnya Nabi Musa dari ketinggian. Tidak berselang cukup lama waktu penerbangan dari bandara Mesir ke bandara Sewun Yaman, akhirnya kami sampai juga di bandara Sewun Yaman ini.
Hawa gurun pasir langsung menyambutku kasar dan dingin, memaksa hidungku menghirupnya dalam-dalam. Semakin menjalar dan menyeruak masuk menuju rongga paru dan mulai mengakrabkan diri untuk masa lima tahun mendatang. Ya, lima tahun mendatang dengan bertemakan hawa pasir yang terasa aneh di hidungku.
Aku menuruni anak tangga pesawat dengan hati yang membuncah. Aku tak lagi di Indonesia, tapi telah jauh melanglang dipisahkan oleh samudra. Burung besi inilah yang membawaku pergi jauh dari alam asalku. Beberapa jam lalu, aku masih bisa merasakan hangatnya pelukan keluarga, tapi mulai detik ini hingga beribu-ribu detik yang akan datang, aku harus bisa menahan tubuhku dari pelukan hangat itu.
Di tengah tangga pesawat, aku berhenti sejenak, kuhirup napas dari dalam hidungku, kali ini lebih panjang. Kurentangkan tanganku, mencoba bergaya seperti di film-film, mencoba merasakan hawa baru di sekelilingku.
"Bismillah..." Desisku saat kaki kananku telah menginjak mesra di atas tanah. Akhirnya, setelah 12 jam perjalanan kami ini, kakiku bisa kembali menginjak bumi.
Inilah Sewun Yaman, negeri yang suci ini akhirnya bisa aku injak tanahnya, dan untuk lima tahun mendatang, akan aku reguk kenangan manis di dalamnya. Mukalla hadromaut, kota negeri para ulama dan wali Allah. Negeri Yaman. 😊
"Let yourself be silently drawn by the strange pull of what you really love. It will not lead you astray." Rumi
Lancar belajar nya, berkah untuk ilmu nya, sehat selalu yaa 😊🥰
BalasHapusaamiin, semoga kamu juga dalam limpan Rahmat Allah ,,
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus