Petualangan Keindahan dan Kehormatan: Mengunjungi Tempat Bersejarah di Yaman


Setibanya di bandara Sewun, kami disambut oleh dua orang ustad, yaitu Ustad Abdul Qadir dan Ustad Solah, yang akan mendampingi perjalanan kami dari Sewun sampai ke Mukalla, tempat kami akan bersinggah selama lima tahun mendatang.

Perjalanan kami dari Sewun ke Mukalla dilakukan dengan naik bus. Ketika bus mulai menyusuri jalanan dan meninggalkan area bandara Sewun, beberapa menit kemudian bus berhenti tiba-tiba. Salah satu teman di sebelah saya bertanya kepada sopir, "Ada apa kok berhenti tiba-tiba?" Ternyata, sopir menjawab bahwa kita akan sering berhenti dan mampir untuk ziarah ke makam para Auliya di negara Yaman ini, dari Sewun sampai ke Mukalla. Saat ini, kita sedang mampir ke Ribath Sewun.

 Setelah turun dari bus, saya melihat di depan saya sebuah menara yang menjulang tinggi ke atas, berwarna hijau muda yang terlihat indah memukau. Tidak jauh dari menara itu, saya juga melihat sebuah kubah yang indah, berwarna hijau muda dengan ornamen-ornamen khas Yaman. Kubah tersebut tergolong besar, dan di sekelilingnya terdapat beberapa kubah lain, namun ukurannya lebih kecil. 
 
     "Makam siapakah ini?" Batinku menerka-nerka.

Setelah membuka pintu makam berwarna cokelat tua dengan ukiran-ukiran kayu khas sini, aku melihat sebuah makam yang tertutup sebuah tabut kayu berbentuk persegi panjang setinggi kepala orang dewasa. Di bagian atas, kayu itu dibuat segitiga sehingga terlihat seperti bangunan rumah kecil, warna coklat tua masih dominan dengan ukiran-ukiran yang hampir serupa dengan pintu depan. Ketika di dalam ruangan, ustaz sedikit menjelaskan tentang makam yang berbentuk persegi panjang dan tinggi itu. "Ini adalah makam Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi. Beliau adalah seorang yang mengarang kasidah maulid Simtud Duror atau biasa dikenal dengan Maulid Habsyi," ujarnya.

"Beliau adalah salah satu sosok yang diceritakan sangat taat kepada ibunya, ayahandanya beliau telah wafat semenjak beliau masih kecil. Habib Ali terkenal memiliki karamahnya, seperti sholat malam di Masjid Nabawi dan selalu bertemu Rasulullah dalam keadaan sadar," tambah ustaz.

"Subhanallah. Allah, sampaikanlah salamku kepada kekasihmu," lirihku pelan.

"Kita baca Yasin dan tahlil dulu sebentar, dan baca doa kepada Allah dan berwasilah melalui kekasih-kekasihnya. Setelah itu, kita akan melanjutkan perjalanan," ucap ustaz kami. Teman-teman langsung duduk melingkar dan mulai membaca Yasin.  

  Setelah dari ribath Sewun, kami mulai bergegas menaiki bus kembali untuk melanjutkan perjalanan kami. Sampai menjelang perempatan di jalan utama, tiba-tiba bus yang kami tumpangi mulai melambatkan lajunya. Di sisi kanan jalan, kulihat sebuah masjid yang megah dengan nuansa hijau dan putih. Dua kubah di bagian tengah dengan dua menara kembar bercorak sama, hijau dan putih. Awalnya kukira itu seperti sebuah dinasti kerajaan atau sebuah istana kerajaan Islam di Yaman, eh rupanya itu adalah sebuah ribath (pondok) yang megah dan klasik. Tepatnya di lereng bukit yang menanjak tinggi.

    Saat tiba di atas bukit, begitu mempesona keindahannya dari atas. Kulihat pemandangan yang luar biasa indahnya, sampai-sampai aku mengambil foto dan mengabadikan momen keindahan itu.

(Al-Wasathiyyah Husaisah)

"Di atas inilah tempat berada makam kakek moyangnya seluruh habaib di dunia, serta kakeknya dari para ulama dan wali, tak terkecuali Walisongo di tanah Jawa," ucap ustaz kami.

    Seketika mengetahui bahwa itu adalah makam kakek moyangnya seluruh habaib di dunia, hatiku tiba-tiba berdesir seketika hingga membuncah keluar sampai ke ubun-ubun kepala. Dalam hati saya berucap, saya berada di makam orang mulia.

    Tak lama kemudian, kami segera masuk ke dalam ruangan yang tidak terlalu besar, disitulah kakek moyang para habaib disemayamkan. Di dalam ruangan ini terdapat satu makam berbentuk kotak yang menempel dengan dinding tebing. Di dinding makam terdapat batu marmer berbentuk kotak persegi yang berisi nama dan silsilah, tanggal lahir, tanggal hijrah, serta tanggal wafat.

Ialah Makam Sayid Ahmad bin Isa atau yang lebih dikenal dengan julukan Imam Al-Muhajir.

"Julukan Al-Muhajir yang disandangnya tentu karena sebuah alasan, yaitu hijrahnya beliau dari Basrah ke Hadramaut untuk menyelamatkan akidah keluarga nabi serta untuk tujuan dakwah," ujar ustaz. "Orang yang berjulukan 'sang pengelana Agung'."    

   Hingga menjelang waktu Maghrib, kita masih berada di tempat tersebut hingga warna merah kemerahan di langit barat benar-benar memudar. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan menyusuri jalanan di kota Yaman ini hingga berhenti di sebuah masjid, Masjid Jamik Al-Haddad, untuk melaksanakan shalat Maghrib dan Isya di sana. Setelah shalat, ustaz kami menjelaskan tentang sejarahnya masjid Jamik Al-Haddad ini dengan fasih dan jelas. Kami pun mendengarkannya dengan seksama tanpa terkecuali.

Di antara puncak-puncak perjalanan kita, Di bawah langit Yaman yang memukau, Kita temukan kebesaran dan keindahan, Jejak langkah para wali dan habaib terpaku.

Dalam masjid megah berwarna hijau putih, Kita merenung pada waktu senja yang merayu, Dengar cerita sejarah, dari ustaz dengan fasih, Dan di sukkoh, istirahat, di malam yang sunyi.

Pada bintang-bintang di langit malam, Dalam mimpi, kita berkelana dalam cahaya, Keindahan di bumi Yaman, laksana khayal, Dalam cerita sufi, membangkitkan rasa syahdu.


    Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan kami hingga berhenti di sebuah sukkoh atau penginapan untuk beristirahat sejenak semalam karena hari sudah mulai malam. Perjalanan kami akan dilanjutkan lagi besok pagi jam 03:00. Di dalam penginapan, saya dan kawan-kawanku langsung merebahkan badan masing-masing yang sudah lelah karena perjalanan kami ini, dan mulai beristirahat. 

Bersambunglah😰😰😰 perjalanan kita, di antara puncak-puncak gunung yang megah, Menelusuri lembah-lembah yang indah, bersama-sama dalam petualangan yang menggetarkan, Di setiap langkah, kita temukan keajaiban dan kebijaksanaan, Bersama-sama, kita menjelajahi dunia, dengan hati yang penuh semangat dan jiwa yang penuh keingintahuan.                                       

Posting Komentar untuk "Petualangan Keindahan dan Kehormatan: Mengunjungi Tempat Bersejarah di Yaman"