Panglima Kucing dalam Sufisme: Tafsir Allegori Attar tentang Tipu Daya Dunia
Kisah Panglima Kucing: Alegori Sufi tentang Kekuasaan dan Penyerahan Diri
Dalam Mantiq at-Tayr, diceritakan sekelompok burung yang hendak mencari raja mereka, Simurgh (simbol Tuhan). Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan Panglima Kucing figur yang tampak berwibawa dan menjanjikan perlindungan.
Makna Simbolik:
Panglima Kucing mewakili dunia materi, kekuasaan, atau ego yang menipu. Kucing (pemangsa burung) seolah menjadi pelindung, padahal ia ancaman terselubung.
Burung-burung adalah jiwa manusia yang mudah tergoda oleh otoritas palsu sebelum mencapai hakikat (Simurgh).
Pesan Sufi: Jangan tertipu oleh kekuasaan duniawi atau figur yang mengklaim diri sebagai "penyelamat". Kebenaran sejati hanya ada dalam penyerahan total kepada Yang Ilahi.
Kaitannya dengan Rumi:
Meski kisah ini milik Attar, Rumi juga sering menggunakan metafora hewan (seperti serigala, kucing, atau burung) untuk mengkritik kecenderungan manusia terperangkap ilusi dunia. Contoh di Masnavi:
"Kucing yang menggapai susu di cermin, tak sadar yang ia kejar hanyalah bayangan."
Versi Lain: "Kucing dan Tikus" dalam Masnavi Rumi
Rumi bercerita tentang seekor kucing tua yang pura-pura bertapa agar dikirinya suci. Tikus-tikus (lambang nafsu) awalnya takut, tapi akhirnya terkecoh dan dimangsa. Ini peringatan tentang:
Kemunafikan spiritual (orang yang berlagak suci untuk kekuasaan).
Kebutaan jiwa yang mudah tertipu rupa luar.
Pelajarannya?
Waspada terhadap "panglima" palsu (otoritas, dogma, atau nafsu yang mengatasnamakan spiritualitas).
Uji segala sesuatu dengan kebijaksanaan, seperti burung-burung dalam Mantiq at-Tayr yang akhirnya meninggalkan sang kucing.
Jika Anda mencari cerita spesifik Rumi tentang kucing, Masnavi Book II ada kisah "Kucing dan Pemilik Toko" yang juga sarat kritik sosial. Boleh saya jelaskan lebih detail? 😊
Referensi:
Attar, Mantiq at-Tayr (Musyawarah Burung).
Rumi, Masnavi (Buku II & VI).
Posting Komentar untuk "Panglima Kucing dalam Sufisme: Tafsir Allegori Attar tentang Tipu Daya Dunia"